Pembelajaran Berbasis IT di Lab Komputer. dokpri |
Tak dapat dipungkiri akibat pagebluk Covid-19 semua sendi-sendi kehidupan kita mengalami perubahan drastis. Bagaimana tidak? Hampir semua kebiasaan baru harus dijalani agar terhindar dari ancaman virus mematikan yang telah menelan banyak korban jiwa ini.
Termasuk dunia pendidikan mengalami perubahan drastis dari pembelajaran tatap muka dan langsung di kelas, akibat pagebluk maka kita membiasakan pembelajaran memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi alias Information and Communication Technology (ICT) untuk menyampaikan pembelajaran dari rumah saja.
Pembelajaran jarak jauh (distance learning) memang sudah mulai diterapkan diabad 21 ini dan menjadi senjata ampuh selama pandemi untuk mengatasi ketakutan akan munculnya learning loss, sebuah kondisi hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan serta keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasanya dialami oleh siswa dan mengakibatkan terhentinya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan.
Agar kegiatan pembelajaran tetap berlangsung di masa pandemi, maka Guru Abad21 berbenah diri dan pantang menyerah dengan dengan segala kekurangannya untuk tetap melakukan komunikasi dua arah (two ways communication) memanfaatkan perangkat ICT.
Kompetensi Guru di Abad 21
Selama pandemi ini ternyata menghasilkan sisi baik bagi Guru Abad 21. Bagaimana tidak? Walau harus disadari tak semua siap, baik itu Guru dan peserta didik dengan perubahan drastis dari proses pembelajaran konvensional ke pembelajaran daring atau dalam jaringan alias online, namun Guru Abad 21 mencoba beradaptasi menuju pembelajaran digital atau e-learning dan belajar autodidak memanfaatkan perangkat teknologi dan segudang aplikasi didalamnya untuk mendesain ulang pembelajaran, materi, dan evaluasi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Manfaatkan Microsoft Teams, pembelajaran jarak jauh. dokpri
Walau disadari faktor ekonomi masih jadi kendala, karena tidak semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan akan perangkat teknologi yang mendukung proses pembelajaran jarak jauh, semisal laptop, notebook, smartphone dan kuota internet, bahkan faktor geografis dimana masih banyaknya daerah di Indonesia masih dalam kondisi 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang bahkan belum dialiri listrik, apalagi jaringan internet? Sehingga proses pembelajaran jarak jauh tidak maksimal.
Keharusan beradaptasi terhadap digitalisasi membuat Guru harus kreatif dalam membuat kelas maya atau grup di media sosial manfaatkan Whatsapp Group dan Google Classroom, juga platform mengajar yang cukup banyak sehingga memudahkan para Guru Abad 21 tetap mengajar walau di masa pandemi.
Kompetensi Guru di saat pandemi seperti ini harus mampu mengkolaborasikan pemanfaatan TIK dengan pembelajaran tatap muka terbatas. Semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang notabene harus menggunakan teknologi.
Peningkatan kompetensi pendidik di semua jenjang untuk menggunakan aplikasi pembelajaran jarak jauh mutlak dilakukan. Memang jumlahnya sangat banyak, untuk memastikan sekitar 3 jutaan guru di Indonesia memiliki kompetensi yang memadai dalam memanfaatkan teknologi tentu bukan perkara mudah.
Kompetensi yang dimaksud, Guru minimal mampu melakukan vicon (video conference) dan membuat bahan ajar online.
Pembelajaran online tidak hanya memindah proses tatap muka menggunakan aplikasi digital, dengan disertai tugas-tugas yang menumpuk. Ilmu teknologi pendidikan mendesain sistem agar pembelajaran online menjadi efektif, dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan secara khusus.
Informatika |
Prinsip-prinsip pemanfaatan teknologi yang harus menjadi acuan guru dalam meamanfaatkan teknologi yaitu mampu menghadirkan fakta yang sulit dan langka ke dalam kelas, memberikan ilustrasi fenomena alam dan ilmu pengetahuan, memberikan ruang gerak siswa untuk bereksplorasi, memudahkan interaksi dan kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa, serta menyediakan layanan secara individu tanpa henti.
Pemanfaatan teknologi untuk peningkatan Kompetensi Guru, sehingga di era globalisasi khususnya di era pandemi seperti ini, kita tidak abai akan pengembangan Soft Skill, Hard Skill, dan Life Skill dalam menghadapi era disrupsi teknologi atau era globalisasi, bahkan untuk hidup di era society 5.0.
Akibat pagebluk ini, dunia pendidikan seakan-akan dituntut untuk merenung, bermeditasi sambil berkaca diri, apa yang salah dan apa yang harus Guru lakukan untuk turut andil Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan di masa pandemi global Covid-19 ini?
Tak dapat dipungkiri Guru adalah ujung tombak pendidikan, tanpa guru maka kita tidak tau akan jadi apa negeri ini bukan?
Masih ingat apa yang dilakukan Kaisar Jepang usai Hirosima dan Nagasaki diluluhlantakkan bom atomnya Amerika dan Sekutunya bukan? Yap, tepat sekali. Kaisar Hirohito menumpukan harapan bangkitnya Jepang ditangan para guru yang tersisa dan tidak butuh waktu lama, hanya 20 tahun Jepang bangkit dan menjadi seperti sekarang ini.
Itulah pelajaran berharga bagaimana vitalnya peran Guru dalam membangun peradaban sebuah bangsa.
Di masa pandemi ini juga peran guru sangat vital. Pemanfaatan teknologi yang berkembang dengan pesatnya ternyata tidak dapat menggantikan Peran Guru.
PTM Terbatas |
Guru harus hadir walau pembelajaran jarak jauh dan dalam jaringan, kehadiran guru ternyata juga sangat ditunggu-tunggu untuk mencairkan suasana dan untuk memberikan penjelasan atas sebuah materi yang diajarkan.
Belajar di masa pandemi ini, nyatalah peran guru tetap laksana embun penyejut dalam kehausan.
Bagaimana tidak? Walau banyak media pembelajaran, walau teknologi sudah canggih, namun peran guru tak tergantikan oleh media apapun, secanggih apapun teknologi yang dipakai, tetap membutuhkan peran penting seorang guru, sehingga kehadiran guru walau di kelas maya tetap dibutuhkan, apalagi dalam tatap muka?
Maka tidak heran apabila sampai sekarang Guru sebagai Pelita dalam Kegelapan, Pemberi Terang bagi Peserta Didiknya.
Bagaimana tidak? Apalagi di abad 21 dimana pendidikan dasar dan menengah berorientasi pada pemgembangan 4C, Communication, Collaboration, Critikal Thinking, Problem Solving, dan Creativity and Innovation, sehingga memaksa peran guru semakin kompleks karena tidak hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values dan transfer of skills.
Di masa pandemi ini, guru tidak hanya bergerak dengan hati pulihkan diri, keluarga dan peserta didik lewat pendidikan yang humanis, edukatif dan bersinergi dengan teknologi dengan memanfaatkan berbagai metode dan model pembelajaran, namun lebih dari itu.
Untuk mewujudkan program Merdeka Belajar, maka tidak salah jika guru-guru kembali menjadi sasaran dari pengharusutamakan Pendidikan Karakter. Pelatihan dan penanaman nilai-nilai Pancasila terhadap Guru merupakan sebuah langkah awal yang baik untuk menghapus dosa pendidikan bukan?
Sehingga Guru siap untuk mengajarkan Pendidikan Karakter di Era Super Smart Society (society 5.0) sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi akibat Revolusi Industri 4.0.