BAB
I
PENDAHULUAN
A)
Latar
Belakang Masalah
Masalah dalam
dunia pendidikan adalah masalah yang sangat pelik, dimana kita dihadapkan dalam
situasi antara harapan dan tantangan. Dimana harapan akan adanya peningkatan
mutu pendidikan yang diwujudkan terciptanya Sumber Daya Manusia yang berdaya
saing, berkarakter, mencintai lingkungan, kreatif, inovatif dan yang paling
penting adalah bisa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi. Namun
tantangan yang kita hadapi sangatlah banyak, dari realita bahwa peserta didik
kita masih kurang minat dalam mengikuti proses belajar mengajar, juga banyak
factor, kemiskinan, ekonomi rendah, kualitas guru yang masih perlu peningkatan,
juga eksistensi dan peran serta profesionalitas guru, khususnya guru berlatar
belakang TIK dalam meningkatkan mutu pendidikan semakin actual untuk
dipertanyakan.
Sejauh mana
peran guru berlatar belakang TIK dalam memberi kontribusi terhadap prestasi
peserta didiknya? Guru adalah ujung tombak dalam proses pendidikan, tanpa guru
(pendidik) maka proses pembelajaran itu ibarat “Sayur tanpa Garam”, proses pembelajaran itu terasa hambar, tanpa
tujuan yang menetap. Walaupun peserta didik bisa
belajar sendiri, namun kehadiran sosok Guru sangatlah penting untuk mengarahkan peserta didik dalam
proses belajarnya. Intinya, keberadaan
Guru dalam kelas saat pembelajaran sangat vital fungsinya.
Maka, seorang guru dituntut harus mampu mewujudkan proses belajar mengajar yang
maksimal agar bisa efektif mencapai tujuan materi yang disampaikan, selain itu
guru juga harus bisa memancing peserta didik kreatif, inovatif dan aktif dalam
proses pembelajaran.
Konsep PAIKEM, yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan adalah pembelajaran yang sengaja
akan dibahas disini, hal ini dikarenakan proses pembelajaran TIK,khususnya
materi pelajaran internet adalah bersifat face
to face, artinya peserta didik selain memperhatikan guru, juga harus
berhadapan langsung dengan computer, baik itu notebook, netbook, laptop, PC
(personal computer), ipad, gadgate, maupun alat-alat teknologi informasi dan
komunikasi yang dimilikinya maupun yang disediakan oleh sekolah (di
laboratorium computer) dan guru mengajarkan praktek langsung bagaimana
menggunakan alat-alat komunikasi tersebut bermanfaat bagi peserta didik dan
bagaimana peserta didik menggunakan atau mengakses fasilitas internet yang baik
dan benar dan sesuai dengan etika yang ada di Indonesia.
Sebab, internet
dengan segala fasilitasnya adalah bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi,
internet dengan segala fasilitasnya adalah ibarat guru yang maha pintar, maha
tahu akan segala informasi, tetapi disisi lain internet juga bisa menjerumuskan
peserta didik kita ke arah yang paling negative, misalnya: konten-konten porno
yang seharusnya belum bisa diakses oleh anak seumuran mereka sehingga ada
timbul niat jahat, fasilitas social media yang kadang digunakan untuk menyerang
atau menyakiti (bulying) teman atau
orang lain, judi online dan game online yang lebih banyak negative daripada
positifnya bagi pertumbuhan anak seusia mereka.
Berdasarkan
pengalaman penulis mengajar di SMA N 13 Medan, materi Internet dengan Indikator
yang cukup luas di Kelas XI Semester 1, alokasi waktu yang tersedia 2 jam
pelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan selama ini adalah metode ceramah,
diskusi informasi berbantuan Microsoft Power Point. Kenyataan yang dihasilkan
adalah peran guru sangat mendominasi proses pembelajaran. Pada sisi lain,
aktifitas, hasil belajar dan kreatifitas peserta didik kurang optimal.
Mencermati dari
beberapa permasalahan yang penulis uraikan di atas, upaya pengembangan
aktivitas, kreativitas, dan motivasi peserta didik di dalam proses pembelajaran
materi pelajaran internet sangatlah penting. Sehingga tercapai proses
pembelajaran yang dapat menghasilkan produk belajar yang berkualitas unggul.
Melakukan kolaborasi beberapa model pembelajaran saat mengajar materi internet merupakan
pilihan yang tepat dalam upaya mengembangkan aktivitas, kreatifitas, dan
motivasi belajar peserta didik. Hal tersebut dikarenakan penggabungan beberapa
metode, selain dapat merangsang peserta didik untuk belajar aktif, juga mampu
memberi pembelajaran yang bermakna dan dapat diingat dalam jangka waktu yang
lama.
Dengan menggunakan
model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”,
model pembelajaran yang pernah dipopulerkan oleh Spencer Kagan, 1992 merupakan
alternative yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang menyenangkan, yang
mampu meningkatkan modalitas belajar seluruh peserta didik (visual, audio, dan
kinestetik) yang tecakup di dalam metode ini. Melalui penulisan ini, penulis
akan mencoba menggagas paradigma baru proses pembelajaran TIK dalam bentuk
model “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
pada materi Internet di SMA Negeri 13 Medan tahun pelajaran 2013/2014.
B)
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :
1. Bagaimana
mengimplementasikan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari
Numbered Heads Together” pada KD Menjelaskan berbagai perangkat keras
dan fungsinya untuk keperluan akses internet.
2. Apakah
model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada KD Mendeskripsikan cara
akses dan Mempratikkan cara akses internet yang baik dan benar.
3. Apakah
model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
dapat meningkatkan aktifitas belajar peserta didik pada KD Menggunakan web
browser untuk memperoleh, menyimpan, dan mencetak informasi yang diperoleh dari
media internet.
C)
Tujuan
Penulisan
Tujuan dalam penulisan
ini adalah :
1. Mengetahui
proses dalam mengimplementasikan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur
Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada KD Menjelaskan berbagai
perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses internet di SMA Negeri 13
Medan tahun pelajaran 2013/2014.
2. Untuk
mengetahui hasil belajar pembuatan kabel jaringan computer dengan menggunakan
model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
pada KD Mendeskripsikan dan Mempraktikkan cara akses internet di SMA Negeri 13
Medan tahun pelajaran 2013/2014.
3. Untuk
mengetahui aktifitas belajar peserta didik pada materi internet dengan
menggunakan model “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
pada KD Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan
akses internet.
BAB
II
KERANGKA
TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A.
Kerangka
Teori tentang Variabel Masalah
1) Belajar
Perangkat Keras Dan Fungsinya Untuk Keperluan Akses Internet
2) Hasil
Belajar Internet
3) Aktivitas
Belajar
4) Aktivitas
Belajar TIK
5) Factor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik
B.
Kajian
Teori Variabel Tindakan, serta Hasil Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan
Model Pembelajaran “Kepala Bernomor
Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
1. Pembelajaran
Bermain Peran
Dalam
model pembelajaran ini, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi
kecil. Setiap kelompok diberikan nomor oleh guru bidang studi, didalam nomor
tersebut juga dituliskan perangkat keras apa yang akan mereka bahas beserta
fungsinya untuk keperluan akses internet. Setelah peserta didik selesai
mendiskusikan topic atau perangkat keras beserta fungsinya, misalnya: Dalam
Piranti Jaringan, terdapat Repeater, Hub, Bridge, Switch, dan Router. Tugas peserta didik dalam
kelompok kecil adalah mencari tahu pengertian, fungsi dan perbedaan
masing-masing alat tersebut. Tugas peserta didik selanjutnya adalah menuangkan
hasil pembahasan mereka ke dalam aplikasi Microsoft Power Point untuk
selanjutnya dijelaskan di depan kelas dengan menggunakan Proyektor. Guru
sebagai Moderator akan memandu debat, dimana setelah selesai dijelaskan, guru
memberikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan pertanyaan jika ada
yang kurang jelas.
2. Kepala
Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together
Dalam
model pembelajaran ini, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu
kelompok berisi 6 orang, dalam satu kelompok tersebut, setiap peserta didik
diberikan nomor dan tugasnya masing-masing, misalnya: peserta didik nomor satu,
mencatat penjelasan tugas dari guru, peserta didik nomor dua membuat presentasi
dengan menggunakan Microsoft Power Point, peserta didik nomor tiga mengetik
tugas tersebut dalam Microsoft Word, peserta didik berikutnya merekam proses
kerja kelompok dengan menggunakan kamera digital atau kamera video.
Skema Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari
Numbered Heads Together
Gambar 1 : Gambar Skema
Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together
C. Kerangka
Berpikir
Agar tercapai segala
indicator pada pembelajaran TIK materi internet, maka teknik dan media
pembelajaran harus dirancang sebagus dan semenarik mungkin dan metode ceramah,
menjelaskan materi dengan media papan tulis dan kapur serta penggunaan Power
Point tidak relevan lagi. Sehingga pola pembelajaran dengan kelompok diyakini mampu mengaktifkan dan meningkatkan
potensi yang dimiliki peserta didik sehingga mampu menghasilkan karya berupa
video pembelajaran bagaimana membuat kabel UTP dan mengetes kabel jaringan internet.
BAB III
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek,
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI – IPA1 di SMA Negeri 13 Medan. Penelitian
ini adalah bersifat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan
yang dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan
tindakan nyata, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan. Hasil
tindakan dan refleksi tersebut dijadikan sebagai langkah pemilihan tindakan
berikutnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
B.
Prosedur
Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari dua siklus melalui proses
pengkajian berdaur (cyclical) yang
terdiri dari 4 tahap, yaitu: merencanakan, melakukan, mengamati, dan
merefleksi. Keempat fase dari suatu siklus dalam PTK biasanya digambarkan
dengan sebuah spiral PTK.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
merupakan penelitian kolaborasi dengan guru TIK yang lainnya. Adapun rancangan
Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
C.
Rancangan
Penelitian
1.
Siklus
I
a) Perencanaan
Tindakan (planning)
b) Pelaksanaan
Tindakan (action)
c) Observasi
(observing)
d) Refleksi
(reflecting)
2.
Siklus
II
a) Perencanaan
Tindakan (planning)
b) Pelaksanaan
Tindakan (action)
c) Observasi
(observing)
d) Refleksi
(reflecting)
D.
Teknik
Analisis Data
Ada
beberapa langkah yang digunakan dalam analisis data:
1.
Reduksi
Data
2.
Display
Data
3.
Analisis
Data
Analisis hasil belajar
dilakukan dengan menganalisis hasil tes secara deskriptif kuantitatif. Hasil
belajar yang diukur dalam penelitian ini selain ranah kognitif, juga ranah
psikomotorik. Berdasarkan skor yang diperoleh peserta didik pada saat pre-test dan post-test peserta didik pada masing-masing KD dan peningkatan
persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada masing-masing KD.
4.
Kesimpulan
dan Refleksi
Data yang diperoleh
setelah dicari tema, pola dan hubungan atau hal-hal yang sering timbul kemudian
disimpulkan sementara yang disebut temuan penelitian tersebut kemudian di
refleksikan dan direncanakan tindakan selanjutnya.
E.
Indicator
Keberhasilan
a)
Hasil
Belajar Peserta Didik
Tindakan
pembelajaran dengan model “Kepala
Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” yang
diberikan kepada peserta didik dianggap berhasil jika skor pre-test dan post-test
lebih besar dibandingkan dengan skor pada pre-test
dan post-test sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Berarti ada peningkatan pengetahuan peserta didik
sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan sebelum proses pembelajaran
berlangsung.
Peningkatan
hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui perbandingan rata-rata skor
post-test pada tiap siklus
pembelajaran. Hasil belajar meningkat jika rata-rata skor post-test pada siklus II lebih tinggi jika dibandingkan dengan
rata-rata skor post-test pada siklus
I. Hasil belajar peserta didik juga diketahui dari tingkat ketuntasan peserta
didik. Syarat ketuntasan belajar peserta didik telah ditetapkan (KKM) sebesar
90% dengan ketuntasan belajar masing-masing peserta didik sebesar 75, jika
persentase ketuntasan peserta didik yang diperoleh di bawah 90% maka dapat
dikatakan peserta didik tidak tuntas dalam belajar.
b)
Gambaran
Umum, Implementasi Model Pembelajaran “Kepala
Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
Disebut
“Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi
dari Numbered Heads Together” karena peserta didik dibagi dalam beberapa
kelompok diskusi, setelah dibagi, peserta didik diberi tugas oleh guru untuk
membuat Praktik Jaringan LAN (Local Area
Network) setelah guru terlebih dahulu menjelaskan dan mempraktikkan
langsung bagaimana proses pembuatan Kabel Jaringan LAN di depan kelas. Peserta
didik perkelompok berdasarkan nomor urutnya melakukan pencatatan alat dan bahan
yang digunakan, yaitu:
1. 3
unit computer atau laptop atau notebook
2. LAN
Card/NIC sesuai dengan jumlah computer 3 unit, untuk computer, laptop maupun
notebook saat ini biasanya sudah onboard.
3. Kabel
UTP (Unshielded Twisted Pair) sesuai
dengan kebutuhan (guru menyarankan dibeli seukuran 1 meter).
4. Crimping
Tool, alat ini disediakan oleh guru
5. Konektor
RJ-45 (disediakan sebanyak 8 biji) karena kebanyakan kesalahan saat memasangkan
Konektor-RJ45 ke Kabel UTP.
6. Switch/hub
yang berfungsi sebagai konsentrator atau pemusat koneksi, alat yang menjadi
titik temu antara beberapa computer didalam suatu jaringan komunikasi data
computer.
7. Gunting,
berfungsi untuk menggunting kulit luar Kabel UTP.
Gambar
2: Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat Kabel Jaringan LAN, contoh hasil
kerja kelompok 7.
Pada
pertemuan II, peserta didik telah menyediaka semua alat dan bahan yang
diperlukan untuk mulai proses pembuatan Kabel Jaringan LAN. Selanjutnya,
peserta didik membagi tugas sesuai dengan nomornya, jika perlu guru dapat
menyuruh peserta didik untuk keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan
kelompok lain, untuk melihat cara kerja kelompok lain atau untuk bertanya, ini
disebut dengan: TUTOR SEBAYA sehingga terjalin saling membantu atau belajar
bersama.
Dikesempatan
lain, peserta didik dibagi tugasnya, satu peserta didik bertugas untuk merekam,
peserta didik yang lain secara berkelompok, bersama-sama bekerjasama untuk
mulai memasang RJ-45 pada kabel UTP, ada yang mengupas kabel UTP, dengan proses
sebagai berikut:
1. Mengupas
kedua ujung kulit luar kabel UTP dengan menggunakan mata pisau crimping tool
atau gunting dengan panjang kira-kira 1,5 cm.
2. Salah
satu peserta didik mengurutkan warna-warna yang ada didalam kabel UTP dengan
aturan jika ujung kabel satu menggunakan konfigurasi T568A, maka ujung kabel
satunya lagi juga harus menggunakan T568B. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
berikut:
Gambar 3: Konfigurasi Kabel T568A dan T568B
Setelah kedua ujung kabel diurutkan
warnanya sesuai dengan konfigurasi di atas, ratakan ujung kabel UTP dengan
memotong sedikit bagian kabel (tanpa mengupas kabel), sehingga hasilnya seperti
berikut:
Gambar 4: Kabel UTP
yang telah diratakan ujungnya dan diurutkan
3. Masukkan
Kabel UTP yang telah diratakan ujungnya ke dalam Konektor RJ-45 secara
hati-hati. Peserta didik diarahkan agar memasukkan ujung Kabel UTP ke Konektor
RJ-45 dengan baik dan benar sesuai dengan urutan T568A dan T568B seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, jangan sampai tertukar. Disini adalah proses yang
paling sulit dan sering mengalami kesalahan, sehingga stok Konektor RJ-45 harus
banyak. Seperti gambar berikut:
4. Selanjutnya
adalah crimping/jepit kabel tersebut
menggunakan tang crimping sampai
terdengar suara klik (dalam meng-crimping tidak perlu terlalu kuat menekan
karena akan menyebabkan konektor patah).
Gambar
6: Meng-crimping Kabel UTP dengan Crimping Tool
5. Setelah
selesai, hasilnya sebagai berikut :
Gambar 7: Kabel UTP
yang telah terpasang pada Konektor RJ-45
6. Setelah
peserta didik selesai membuat Kabel Jaringan LAN yang siap digunakan, setelah
direkam dengan menggunakan video. Rata-rata peserta didikku merekam dengan
menggunakan kamera handphone, maka pembelajaran selanjutnya adalah: Membuat
jaringan computer dengan 3 komputer dan menggunakan media Hub/Switch.
Setelah
selesai, maka guru memberikan tugas kelompok selanjutnya adalah mengedit video
yang telah mereka rekam menjadi sebuah video pembelajaran yang menarik. Guru
memberikan kebebasan dalam mengedit dengan menggunakan software edit video,
misalnya dengan menggunakan Pinnacle, Ulead Video Studio, dll. Seperti contoh
video yang telah berhasil dibuat dan menurut penilaian guru sangat bagus.
Nilai
karakter Tanggungjawab terintegrasi dalam model pembelajaran ini, hal ini
dikarenakan jika peserta didik diberikan tugas kelompok, maka mereka akan
mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.
a)
Hasil
Pembelajaran TIK dengan Menggunakan “Kepala
Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
Dengan
menggunakan model pembelajaran “Kepala
Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada materi
Internet, peserta didik berada dalam suasana yang relative interaktif, kreatif,
inovatif dan terkendali untuk mengeksplorasi materi Mendeskripsikan perangkat
keras, fungsi serta cara akses internet.
Keadaan
peserta didik pada Standard Kompetensi sebelumnya yaitu Mendeskripsikan
perangkat keras, fungsinya serta cara akses internet kurang memuaskan. Data
hasil belajar peserta didik untuk konsep Mendeskripsikan perangkat keras untuk
mengakses internet sebagai berikut:
Table 1: Data hasil belajar peserta didik Kelas XI –
IPA1 dalam konsep Mendeskripsikan Perangkat Keras, Fungsinya serta Cara Akses
Internet.
Kategori
|
Frekuensi
Keberhasilan
|
Persentasi
Keberhasilan
|
||||
Pra Siklus
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Pra Siklus
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
|
Aktif mengikuti
pelajaran
|
27
|
30
|
33
|
75%
|
83,33%
|
91,67%
|
Cukup aktif mengikuti
pelajaran
|
9
|
6
|
3
|
25%
|
16,67%
|
8,33%
|
Tidak aktif mengikuti
pelajaran
|
0
|
0
|
0
|
0%
|
0%
|
0%
|
Jumlah
|
36
|
100%
|
Table
2: Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
No.
|
Hasil Tes
|
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
77,5
|
86
|
97,5
|
2
|
Nilai Terendah
|
60
|
70
|
84
|
3
|
Jumlah peserta didik
yang Tuntas
|
15
|
31
|
36
|
4
|
Jumlah peserta didik
XI – IPA1
|
36
|
36
|
36
|
5
|
Ketuntasan Klasikal
|
41,67%
|
86,11%
|
100%
|
b)
Pembahasan
1. Keuntungan dan
Keunggulan pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari
Numbered Heads Together”
Konsep
PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan melalui metode
pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur
Modifikasi dari Numbered Heads Together” ini dapat diciptakan, karena dalam
praktiknya keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Aktif, dalam proses
pembelajaran ini tercipta suasana yang kondusif bagi peserta didik untuk aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Senada dengan pendapat
Suderajat yang menyatakan bahwa belajar memang merupakan suatu proses aktif
dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang
hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka
proses belajar tidak terjadi. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/konsep-pakem).
Kreatif, pembelajaran
ini menciptakan kegiatan belajar yang beragam yang memenuhi berbagai tingkat
kemampuan peserta didik dalam hal kreativitas bukan semata potensi akademiknya.
Modalitas visual kekuatan belajar peserta didik terletak pada indera ‘mata’,
kekuatan auditorial pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak
penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’
(seperti menunjuk, menyentuh, atau melakukan) dapat tercapai melalui model
pembelajaran ini.
Menyenangkan. Suasana
model belajar “Kepala Bernomor
Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” sangat menyenangkan
peserta didk. Hal ini terlihat dari hasil kerja kelompok peserta didik serta
survey kecil-kecilan yang dibuat oleh guru, 100% menyatakan senang. Terpusatnya
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatian mereka
tinggi.
Keadaan
Aktif, Kreatif dan Menyenangkan
tidaklah cukup, jika proses pembelajaran itu tidak Inovatif, yaitu: Menghasilkan sesuatu yang baru, unik, menarik,
membawa manfaat untuk dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan
hal tersebut maka model pembelajaran “Kepala
Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” merupakan
salah satu pengalaman mengajar yang cukup menarik dan dapat dijadikan inovasi
pembelajaran PAIKEM, bahkan ditambah
GEMBROT (Gembira dan Berbobot).
Menurut Salirawati (2008) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pembelajaran yang Menyenangkan adalah
pembelajaran yang membuat anak didik tidak takuh akan salah, ditertawakan,
diremehkan, atau merasa tertekan. Lebih lanjut lagi ia memaparkan tentang
istilah joyful learning dan meaningful learning. Dalam hal ini guru
dituntut untuk menciptakan kondisi pembelajaran segembira dan penuh arti
sehingga anak didik menjadi betah belajar karena pembelajaran yang dijalani
menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menyenangkan juga berarti pembelajaran
yang interaktif dan menarik, sehingga peserta didik dapat memusatkan perhatian
terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya. (Das Salirawati, 2008).
Dalam
kaitan itu pula, target Quantum Learning
terwujud. Hal ini senada dengan
Sudrajat (2008) Quantum Learning
mengkonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat. Targetnya adalah
menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai
mendorong peserta didik untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu
belajar dengan sangat mudah. Sebaliknya, keadaan tegang menghambat aliran darah
dan proses otak bekerja serta akhirnya menghambat konsentrasi peserta didik.
Melalui
model pembelajaran ini, Cooperative Learning dapat tergali sempurna, hal ini
dikarenakan pembelajaran yang tepat dapat membuat peserta didik menjadi aktif
di dalam proses belajar, bukan sekedar menjadi peserta yang pasif :
a. Interaksi
face to face (tatap muka). Interaksi
tatap muka dalam kelompok kecil dan berbagi informasi diantara anggota kelompok
membuat peserta didik merasa nyaman.
b. Kemampuan
social. Peserta didik dituntut untuk belajar menjadi pendengar yang aktif,
membuat keputusan, mengatasi permasalahan, dan ragam kemampuan berkomunikasi
yang lainnya.
c. Kemampuan
individual. Sekalipun peserta didik bekerja di dalam kelompok, bukan berarti
bahwa kemampuan individualnya tidak dapat diukur. Melalui tes dan pertanyaan
spesifik yang diajukan oleh guru untuk masing-masing peserta didik, maka
kemampuan individualnya dapat diukur.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Sesuai dengan tujuan
penulisan dan hasil pembelajaran ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi
model pembelajaran “Kepala Bernomor
Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada materi TIK dengan
KD Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya dan Mendeskripsikan serta
Mempraktikkan cara akses internet dilakukan dengan cara membagi kelompok, dan
membagi tugas peserta didik satu persatu.
2. Dari
hasil tes siklus 1 diperoleh nilai tertinggi 86 dan terendah 70. Jumlah peserta
didik yang belajar tuntas meningkat sebanyak 86,11% dari 27,78% menjadi 55,55%
setelah diberi tindakan. Hasil test siklus II menunjukkan bahwa prestasi
belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I. Ketuntasan belajar
peserta didik meningkat 13,89% dan 86,11% menjadi 100%. Ketuntasan belajar
peserta didik secara aklasikal dan individu sudah terpenuhi yaitu 100%.
3. Sebagai
bukti berhasilnya model pembelajaran ini adalah kemampuan peserta didik secara
berkelompok menghasilkan video pembelajaran yang kreatif tentang Proses
pembuatan Kabel Jaringan LAN yang telah diupload ke www.youtube.com dan dapat dinikmati oleh
semua orang.
B.
Saran
1. Guru
hendaknya berkolaborasi dengan guru TIK lainnya agar sama-sama menerapkan model
pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur
Modifikasi dari Numbered Heads Together” ini.
2. Agar
tercipta kegiatan yang PAIKEM GEMBROT guru mengingatkan selama kerja kelompok
agar peserta didik berimprovisasi dan bekerja sama, jangan takut untuk
berkreasi walau agak riuh suasana kelas.
3. Model
pembelajaran ini dapat juga dilaksanakan dalam mata pelajaran lain, misalnya:
Sejarah, Ekonomi, dll.
4. Model
pembelajaran ini cocok dilaksanakan di sekolah yang laboratorium komputernya
minim, dimana sarana dan prasarana sekolah untuk pengadaan computer lab kurang,
sehingga dengan model pembelajaran ini maka sangat cocok untuk menyampaikan materi
tentang Internet khususnya pemasangan jaringan Kabel LAN.
DAFTAR
PUSTAKA
Lia Kamila Kulsum.
(2012). Advanced Learning Information and Communication Technology 2. Grafindo
Media Pratama. Bandung.
Das Salirawati. (2008).
Metode Pembelajaran Inovatif sebagai Magnet Belajar. Makalah Lokakarya Metode
Pembelajaran Inovatif dan Sistem Penilaiannya. Yogyakarta : FMIPA UNY.
DePorter, Bobbi, dan
Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa Hamaliki, (2006)
Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan, Kompetensi, Jakarta Bumi Aksara.
Ramadhan, A. Tarmizi. 2008. Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelaja
ran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/. Diakses tanggal 01 Juli
2014.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem/.
Diakses tanggal 25 Juni 2014.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/quantum-learning/.
Diakses tanggal 25 Juni 2014.
KOMINFO. 2013. INTERNET SEHAT DAN
AMAN MENUJU INTERNET CERDAS, KREATIF, DAN PRODUKTIF.