Social Icons

Pages

Jumat, 18 Juli 2014

Pembelajaran Dengan Konsep PAIKEM GEMBROT Pada Materi Internet, Mengajarkan Peserta Didik Mampu Menggunakan Internet Untuk Keperluan Informasi dan Komunikasi yang Baik dan Punya Etika



BAB I
PENDAHULUAN
A)    Latar Belakang Masalah
Masalah dalam dunia pendidikan adalah masalah yang sangat pelik, dimana kita dihadapkan dalam situasi antara harapan dan tantangan. Dimana harapan akan adanya peningkatan mutu pendidikan yang diwujudkan terciptanya Sumber Daya Manusia yang berdaya saing, berkarakter, mencintai lingkungan, kreatif, inovatif dan yang paling penting adalah bisa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi. Namun tantangan yang kita hadapi sangatlah banyak, dari realita bahwa peserta didik kita masih kurang minat dalam mengikuti proses belajar mengajar, juga banyak factor, kemiskinan, ekonomi rendah, kualitas guru yang masih perlu peningkatan, juga eksistensi dan peran serta profesionalitas guru, khususnya guru berlatar belakang TIK dalam meningkatkan mutu pendidikan semakin actual untuk dipertanyakan.
Sejauh mana peran guru berlatar belakang TIK dalam memberi kontribusi terhadap prestasi peserta didiknya? Guru adalah ujung tombak dalam proses pendidikan, tanpa guru (pendidik) maka proses pembelajaran itu ibarat “Sayur tanpa Garam”, proses pembelajaran itu terasa hambar, tanpa tujuan yang menetap. Walaupun peserta didik bisa belajar sendiri, namun  kehadiran  sosok Guru sangatlah  penting untuk mengarahkan peserta  didik dalam  proses belajarnya.  Intinya,  keberadaan  Guru dalam  kelas  saat pembelajaran sangat vital fungsinya. Maka, seorang guru dituntut harus mampu mewujudkan proses belajar mengajar yang maksimal agar bisa efektif mencapai tujuan materi yang disampaikan, selain itu guru juga harus bisa memancing peserta didik kreatif, inovatif dan aktif dalam proses pembelajaran.
Konsep PAIKEM, yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan adalah pembelajaran yang sengaja akan dibahas disini, hal ini dikarenakan proses pembelajaran TIK,khususnya materi pelajaran internet adalah bersifat face to face, artinya peserta didik selain memperhatikan guru, juga harus berhadapan langsung dengan computer, baik itu notebook, netbook, laptop, PC (personal computer), ipad, gadgate, maupun alat-alat teknologi informasi dan komunikasi yang dimilikinya maupun yang disediakan oleh sekolah (di laboratorium computer) dan guru mengajarkan praktek langsung bagaimana menggunakan alat-alat komunikasi tersebut bermanfaat bagi peserta didik dan bagaimana peserta didik menggunakan atau mengakses fasilitas internet yang baik dan benar dan sesuai dengan etika yang ada di Indonesia.
Sebab, internet dengan segala fasilitasnya adalah bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi, internet dengan segala fasilitasnya adalah ibarat guru yang maha pintar, maha tahu akan segala informasi, tetapi disisi lain internet juga bisa menjerumuskan peserta didik kita ke arah yang paling negative, misalnya: konten-konten porno yang seharusnya belum bisa diakses oleh anak seumuran mereka sehingga ada timbul niat jahat, fasilitas social media yang kadang digunakan untuk menyerang atau menyakiti (bulying) teman atau orang lain, judi online dan game online yang lebih banyak negative daripada positifnya bagi pertumbuhan anak seusia mereka.
Berdasarkan pengalaman penulis mengajar di SMA N 13 Medan, materi Internet dengan Indikator yang cukup luas di Kelas XI Semester 1, alokasi waktu yang tersedia 2 jam pelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan selama ini adalah metode ceramah, diskusi informasi berbantuan Microsoft Power Point. Kenyataan yang dihasilkan adalah peran guru sangat mendominasi proses pembelajaran. Pada sisi lain, aktifitas, hasil belajar dan kreatifitas peserta didik kurang optimal.
Mencermati dari beberapa permasalahan yang penulis uraikan di atas, upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi peserta didik di dalam proses pembelajaran materi pelajaran internet sangatlah penting. Sehingga tercapai proses pembelajaran yang dapat menghasilkan produk belajar yang berkualitas unggul. Melakukan kolaborasi beberapa model pembelajaran saat mengajar materi internet merupakan pilihan yang tepat dalam upaya mengembangkan aktivitas, kreatifitas, dan motivasi belajar peserta didik. Hal tersebut dikarenakan penggabungan beberapa metode, selain dapat merangsang peserta didik untuk belajar aktif, juga mampu memberi pembelajaran yang bermakna dan dapat diingat dalam jangka waktu yang lama.
Dengan menggunakan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”, model pembelajaran yang pernah dipopulerkan oleh Spencer Kagan, 1992 merupakan alternative yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang menyenangkan, yang mampu meningkatkan modalitas belajar seluruh peserta didik (visual, audio, dan kinestetik) yang tecakup di dalam metode ini. Melalui penulisan ini, penulis akan mencoba menggagas paradigma baru proses pembelajaran TIK dalam bentuk model “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada materi Internet di SMA Negeri 13 Medan tahun pelajaran 2013/2014.

B)    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1.      Bagaimana mengimplementasikan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada KD Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses internet.
2.      Apakah model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada KD Mendeskripsikan cara akses dan Mempratikkan cara akses internet yang baik dan benar.
3.      Apakah model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” dapat meningkatkan aktifitas belajar peserta didik pada KD Menggunakan web browser untuk memperoleh, menyimpan, dan mencetak informasi yang diperoleh dari media internet.

C)    Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah :
1.      Mengetahui proses dalam mengimplementasikan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada KD Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses internet di SMA Negeri 13 Medan tahun pelajaran 2013/2014.
2.      Untuk mengetahui hasil belajar pembuatan kabel jaringan computer dengan menggunakan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada KD Mendeskripsikan dan Mempraktikkan cara akses internet di SMA Negeri 13 Medan tahun pelajaran 2013/2014.
3.      Untuk mengetahui aktifitas belajar peserta didik pada materi internet dengan menggunakan model “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada KD Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses internet.


BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A.    Kerangka Teori tentang Variabel Masalah
1)      Belajar Perangkat Keras Dan Fungsinya Untuk Keperluan Akses Internet
2)      Hasil Belajar Internet
3)      Aktivitas Belajar
4)      Aktivitas Belajar TIK
5)      Factor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik

B.     Kajian Teori Variabel Tindakan, serta Hasil Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Model Pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
1.      Pembelajaran Bermain Peran
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi kecil. Setiap kelompok diberikan nomor oleh guru bidang studi, didalam nomor tersebut juga dituliskan perangkat keras apa yang akan mereka bahas beserta fungsinya untuk keperluan akses internet. Setelah peserta didik selesai mendiskusikan topic atau perangkat keras beserta fungsinya, misalnya: Dalam Piranti Jaringan, terdapat Repeater, Hub, Bridge, Switch, dan Router. Tugas peserta didik dalam kelompok kecil adalah mencari tahu pengertian, fungsi dan perbedaan masing-masing alat tersebut. Tugas peserta didik selanjutnya adalah menuangkan hasil pembahasan mereka ke dalam aplikasi Microsoft Power Point untuk selanjutnya dijelaskan di depan kelas dengan menggunakan Proyektor. Guru sebagai Moderator akan memandu debat, dimana setelah selesai dijelaskan, guru memberikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan pertanyaan jika ada yang kurang jelas.
2.      Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok berisi 6 orang, dalam satu kelompok tersebut, setiap peserta didik diberikan nomor dan tugasnya masing-masing, misalnya: peserta didik nomor satu, mencatat penjelasan tugas dari guru, peserta didik nomor dua membuat presentasi dengan menggunakan Microsoft Power Point, peserta didik nomor tiga mengetik tugas tersebut dalam Microsoft Word, peserta didik berikutnya merekam proses kerja kelompok dengan menggunakan kamera digital atau kamera video.

Skema Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together
 

Gambar 1 : Gambar Skema Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together



C. Kerangka Berpikir
Agar tercapai segala indicator pada pembelajaran TIK materi internet, maka teknik dan media pembelajaran harus dirancang sebagus dan semenarik mungkin dan metode ceramah, menjelaskan materi dengan media papan tulis dan kapur serta penggunaan Power Point tidak relevan lagi. Sehingga pola pembelajaran dengan kelompok  diyakini mampu mengaktifkan dan meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga mampu menghasilkan karya berupa video pembelajaran bagaimana membuat kabel UTP dan  mengetes kabel jaringan internet.
 


 

BAB III
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A.    Subjek, Pendekatan dan Jenis Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI – IPA1 di SMA Negeri 13 Medan. Penelitian ini adalah bersifat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan. Hasil tindakan dan refleksi tersebut dijadikan sebagai langkah pemilihan tindakan berikutnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
B.     Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari dua siklus melalui proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: merencanakan, melakukan, mengamati, dan merefleksi. Keempat fase dari suatu siklus dalam PTK biasanya digambarkan dengan sebuah spiral PTK.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan penelitian kolaborasi dengan guru TIK yang lainnya. Adapun rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
C.    Rancangan Penelitian
1.      Siklus I
a)      Perencanaan Tindakan (planning)
b)      Pelaksanaan Tindakan (action)
c)      Observasi (observing)
d)     Refleksi (reflecting)
2.      Siklus II
a)      Perencanaan Tindakan (planning)
b)      Pelaksanaan Tindakan (action)
c)      Observasi (observing)
d)     Refleksi (reflecting)
D.    Teknik Analisis Data
Ada beberapa langkah yang digunakan dalam analisis data:
1.      Reduksi Data
2.      Display Data
3.      Analisis Data
Analisis hasil belajar dilakukan dengan menganalisis hasil tes secara deskriptif kuantitatif. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini selain ranah kognitif, juga ranah psikomotorik. Berdasarkan skor yang diperoleh peserta didik pada saat pre-test dan post-test peserta didik pada masing-masing KD dan peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada masing-masing KD.
4.      Kesimpulan dan Refleksi
Data yang diperoleh setelah dicari tema, pola dan hubungan atau hal-hal yang sering timbul kemudian disimpulkan sementara yang disebut temuan penelitian tersebut kemudian di refleksikan dan direncanakan tindakan selanjutnya.

E.     Indicator Keberhasilan
a)      Hasil Belajar Peserta Didik
Tindakan pembelajaran dengan model “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” yang diberikan kepada peserta didik dianggap berhasil jika skor pre-test dan post-test lebih besar dibandingkan dengan skor pada pre-test dan post-test sebelum proses pembelajaran berlangsung. Berarti ada peningkatan pengetahuan peserta didik sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui perbandingan rata-rata skor post-test pada tiap siklus pembelajaran. Hasil belajar meningkat jika rata-rata skor post-test pada siklus II lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata skor post-test pada siklus I. Hasil belajar peserta didik juga diketahui dari tingkat ketuntasan peserta didik. Syarat ketuntasan belajar peserta didik telah ditetapkan (KKM) sebesar 90% dengan ketuntasan belajar masing-masing peserta didik sebesar 75, jika persentase ketuntasan peserta didik yang diperoleh di bawah 90% maka dapat dikatakan peserta didik tidak tuntas dalam belajar.      
b)     Gambaran Umum, Implementasi Model Pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
Disebut “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” karena peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi, setelah dibagi, peserta didik diberi tugas oleh guru untuk membuat Praktik Jaringan LAN (Local Area Network) setelah guru terlebih dahulu menjelaskan dan mempraktikkan langsung bagaimana proses pembuatan Kabel Jaringan LAN di depan kelas. Peserta didik perkelompok berdasarkan nomor urutnya melakukan pencatatan alat dan bahan yang digunakan, yaitu:
1.      3 unit computer atau laptop atau notebook
2.      LAN Card/NIC sesuai dengan jumlah computer 3 unit, untuk computer, laptop maupun notebook saat ini biasanya sudah onboard.
3.      Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) sesuai dengan kebutuhan (guru menyarankan dibeli seukuran 1 meter).
4.      Crimping Tool, alat ini disediakan oleh guru
5.      Konektor RJ-45 (disediakan sebanyak 8 biji) karena kebanyakan kesalahan saat memasangkan Konektor-RJ45 ke Kabel UTP.
6.      Switch/hub yang berfungsi sebagai konsentrator atau pemusat koneksi, alat yang menjadi titik temu antara beberapa computer didalam suatu jaringan komunikasi data computer.

7. Gunting, berfungsi untuk menggunting kulit luar Kabel UTP.



Gambar 2: Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat Kabel Jaringan LAN, contoh hasil kerja kelompok 7.
  
Pada pertemuan II, peserta didik telah menyediaka semua alat dan bahan yang diperlukan untuk mulai proses pembuatan Kabel Jaringan LAN. Selanjutnya, peserta didik membagi tugas sesuai dengan nomornya, jika perlu guru dapat menyuruh peserta didik untuk keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan kelompok lain, untuk melihat cara kerja kelompok lain atau untuk bertanya, ini disebut dengan: TUTOR SEBAYA sehingga terjalin saling membantu atau belajar bersama.
Dikesempatan lain, peserta didik dibagi tugasnya, satu peserta didik bertugas untuk merekam, peserta didik yang lain secara berkelompok, bersama-sama bekerjasama untuk mulai memasang RJ-45 pada kabel UTP, ada yang mengupas kabel UTP, dengan proses sebagai berikut:
1.      Mengupas kedua ujung kulit luar kabel UTP dengan menggunakan mata pisau crimping tool atau gunting dengan panjang kira-kira 1,5 cm.

2.      Salah satu peserta didik mengurutkan warna-warna yang ada didalam kabel UTP dengan aturan jika ujung kabel satu menggunakan konfigurasi T568A, maka ujung kabel satunya lagi juga harus menggunakan T568B. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut:




  
Gambar 3: Konfigurasi Kabel T568A dan T568B  


Setelah kedua ujung kabel diurutkan warnanya sesuai dengan konfigurasi di atas, ratakan ujung kabel UTP dengan memotong sedikit bagian kabel (tanpa mengupas kabel), sehingga hasilnya seperti berikut:


Gambar 4: Kabel UTP yang telah diratakan ujungnya dan diurutkan 


3. Masukkan Kabel UTP yang telah diratakan ujungnya ke dalam Konektor RJ-45 secara hati-hati. Peserta didik diarahkan agar memasukkan ujung Kabel UTP ke Konektor RJ-45 dengan baik dan benar sesuai dengan urutan T568A dan T568B seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jangan sampai tertukar. Disini adalah proses yang paling sulit dan sering mengalami kesalahan, sehingga stok Konektor RJ-45 harus banyak. Seperti gambar berikut:

Gambar 5: Proses memasukkan Kabel UTP ke dalam Konektor RJ-45

4. Selanjutnya adalah crimping/jepit kabel tersebut menggunakan tang crimping sampai terdengar suara klik (dalam meng-crimping tidak perlu terlalu kuat menekan karena akan menyebabkan konektor patah).
Gambar 6: Meng-crimping Kabel UTP dengan Crimping Tool

5. Setelah selesai, hasilnya sebagai berikut :
Gambar 7: Kabel UTP yang telah terpasang pada Konektor RJ-45
6. Setelah peserta didik selesai membuat Kabel Jaringan LAN yang siap digunakan, setelah direkam dengan menggunakan video. Rata-rata peserta didikku merekam dengan menggunakan kamera handphone, maka pembelajaran selanjutnya adalah: Membuat jaringan computer dengan 3 komputer dan menggunakan media Hub/Switch.



Setelah selesai, maka guru memberikan tugas kelompok selanjutnya adalah mengedit video yang telah mereka rekam menjadi sebuah video pembelajaran yang menarik. Guru memberikan kebebasan dalam mengedit dengan menggunakan software edit video, misalnya dengan menggunakan Pinnacle, Ulead Video Studio, dll. Seperti contoh video yang telah berhasil dibuat dan menurut penilaian guru sangat bagus.
Nilai karakter Tanggungjawab terintegrasi dalam model pembelajaran ini, hal ini dikarenakan jika peserta didik diberikan tugas kelompok, maka mereka akan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.
a)      Hasil Pembelajaran TIK dengan Menggunakan “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
Dengan menggunakan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada materi Internet, peserta didik berada dalam suasana yang relative interaktif, kreatif, inovatif dan terkendali untuk mengeksplorasi materi Mendeskripsikan perangkat keras, fungsi serta cara akses internet.
Keadaan peserta didik pada Standard Kompetensi sebelumnya yaitu Mendeskripsikan perangkat keras, fungsinya serta cara akses internet kurang memuaskan. Data hasil belajar peserta didik untuk konsep Mendeskripsikan perangkat keras untuk mengakses internet sebagai berikut:
Table 1: Data hasil belajar peserta didik Kelas XI – IPA1 dalam konsep Mendeskripsikan Perangkat Keras, Fungsinya serta Cara Akses Internet.
Kategori
Frekuensi Keberhasilan
Persentasi Keberhasilan
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Aktif mengikuti pelajaran
27
30
33
75%
83,33%
91,67%
Cukup aktif mengikuti pelajaran
9
6
3
25%
16,67%
8,33%
Tidak aktif mengikuti pelajaran
0
0
0
0%
0%
0%
Jumlah
36
100%

Table 2: Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
No.
Hasil Tes
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Tertinggi
77,5
86
97,5
2
Nilai Terendah
60
70
84
3
Jumlah peserta didik yang Tuntas
15
31
36
4
Jumlah peserta didik XI – IPA1
36
36
36
5
Ketuntasan Klasikal
41,67%
86,11%
100%

b)     Pembahasan
1.      Keuntungan dan Keunggulan pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together”
Konsep PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan melalui metode pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” ini dapat diciptakan, karena dalam praktiknya keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Aktif, dalam proses pembelajaran ini tercipta suasana yang kondusif bagi peserta didik untuk aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Senada dengan pendapat Suderajat yang menyatakan bahwa belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka proses belajar tidak terjadi. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/konsep-pakem).
Kreatif, pembelajaran ini menciptakan kegiatan belajar yang beragam yang memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik dalam hal kreativitas bukan semata potensi akademiknya. Modalitas visual kekuatan belajar peserta didik terletak pada indera ‘mata’, kekuatan auditorial pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh, atau melakukan) dapat tercapai melalui model pembelajaran ini.   
Menyenangkan. Suasana model belajar “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” sangat menyenangkan peserta didk. Hal ini terlihat dari hasil kerja kelompok peserta didik serta survey kecil-kecilan yang dibuat oleh guru, 100% menyatakan senang. Terpusatnya perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatian mereka tinggi.
Keadaan Aktif, Kreatif dan Menyenangkan tidaklah cukup, jika proses pembelajaran itu tidak Inovatif, yaitu: Menghasilkan sesuatu yang baru, unik, menarik, membawa manfaat untuk dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” merupakan salah satu pengalaman mengajar yang cukup menarik dan dapat dijadikan inovasi pembelajaran PAIKEM, bahkan ditambah GEMBROT (Gembira dan Berbobot). Menurut Salirawati (2008) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pembelajaran yang Menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak didik tidak takuh akan salah, ditertawakan, diremehkan, atau merasa tertekan. Lebih lanjut lagi ia memaparkan tentang istilah joyful learning dan meaningful learning. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan kondisi pembelajaran segembira dan penuh arti sehingga anak didik menjadi betah belajar karena pembelajaran yang dijalani menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menyenangkan juga berarti pembelajaran yang interaktif dan menarik, sehingga peserta didik dapat memusatkan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya. (Das Salirawati, 2008).
Dalam kaitan itu pula, target Quantum Learning terwujud. Hal ini senada dengan Sudrajat (2008) Quantum Learning mengkonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat. Targetnya adalah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong peserta didik untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Sebaliknya, keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya menghambat konsentrasi peserta didik.
Melalui model pembelajaran ini, Cooperative Learning dapat tergali sempurna, hal ini dikarenakan pembelajaran yang tepat dapat membuat peserta didik menjadi aktif di dalam proses belajar, bukan sekedar menjadi peserta yang pasif :
a.       Interaksi face to face (tatap muka). Interaksi tatap muka dalam kelompok kecil dan berbagi informasi diantara anggota kelompok membuat peserta didik merasa nyaman.
b.      Kemampuan social. Peserta didik dituntut untuk belajar menjadi pendengar yang aktif, membuat keputusan, mengatasi permasalahan, dan ragam kemampuan berkomunikasi yang lainnya.
c.       Kemampuan individual. Sekalipun peserta didik bekerja di dalam kelompok, bukan berarti bahwa kemampuan individualnya tidak dapat diukur. Melalui tes dan pertanyaan spesifik yang diajukan oleh guru untuk masing-masing peserta didik, maka kemampuan individualnya dapat diukur.


BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
Sesuai dengan tujuan penulisan dan hasil pembelajaran ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Implementasi model pembelajaran “Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” pada materi TIK dengan KD Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya dan Mendeskripsikan serta Mempraktikkan cara akses internet dilakukan dengan cara membagi kelompok, dan membagi tugas peserta didik satu persatu.
2.      Dari hasil tes siklus 1 diperoleh nilai tertinggi 86 dan terendah 70. Jumlah peserta didik yang belajar tuntas meningkat sebanyak 86,11% dari 27,78% menjadi 55,55% setelah diberi tindakan. Hasil test siklus II menunjukkan bahwa prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I. Ketuntasan belajar peserta didik meningkat 13,89% dan 86,11% menjadi 100%. Ketuntasan belajar peserta didik secara aklasikal dan individu sudah terpenuhi yaitu 100%.
3.      Sebagai bukti berhasilnya model pembelajaran ini adalah kemampuan peserta didik secara berkelompok menghasilkan video pembelajaran yang kreatif tentang Proses pembuatan Kabel Jaringan LAN yang telah diupload ke www.youtube.com dan dapat dinikmati oleh semua orang.
B.     Saran
1.      Guru hendaknya berkolaborasi dengan guru TIK lainnya agar sama-sama menerapkan model pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur Modifikasi dari Numbered Heads Together” ini.
2.      Agar tercipta kegiatan yang PAIKEM GEMBROT guru mengingatkan selama kerja kelompok agar peserta didik berimprovisasi dan bekerja sama, jangan takut untuk berkreasi walau agak riuh suasana kelas.
3.      Model pembelajaran ini dapat juga dilaksanakan dalam mata pelajaran lain, misalnya: Sejarah, Ekonomi, dll.
4.      Model pembelajaran ini cocok dilaksanakan di sekolah yang laboratorium komputernya minim, dimana sarana dan prasarana sekolah untuk pengadaan computer lab kurang, sehingga dengan model pembelajaran ini maka sangat cocok untuk menyampaikan materi tentang Internet khususnya pemasangan jaringan Kabel LAN.
DAFTAR PUSTAKA

Lia Kamila Kulsum. (2012). Advanced Learning Information and Communication Technology 2. Grafindo Media Pratama. Bandung.
Das Salirawati. (2008). Metode Pembelajaran Inovatif sebagai Magnet Belajar. Makalah Lokakarya Metode Pembelajaran Inovatif dan Sistem Penilaiannya. Yogyakarta : FMIPA UNY.
DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa Hamaliki, (2006) Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan, Kompetensi, Jakarta Bumi Aksara.
Ramadhan, A. Tarmizi. 2008. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
              Menyenangkan.http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelaja ran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/. Diakses tanggal 01 Juli 2014.
KOMINFO. 2013. INTERNET SEHAT DAN AMAN MENUJU INTERNET CERDAS, KREATIF, DAN PRODUKTIF.
 
  Video Pembelajaran Pembuatan Kabel Jaringan LAN SMA N 13 Medan


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates