Tidak dapat dipungkiri
lagi, suasana kota merupakan salah satu magnet bagi masyarakat desa untuk
melakukan Urbanisasi atau eksodus besar-besaran untuk mendapatkan peningkatan
taraf hidup mereka ke arah yang lebih baik. Harapan akan banyaknya peluang
kerja di perkotaan semakin meningkat dengan banyaknya investor di berbagai
bidang, baik perdagangan, manufaktur, property, dll. Akibatnya, urbanisasi
tidak terelakkan lagi, bahkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyaknya
pendatang di perkotaan ditambah lagi dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk,
menuntut ketersediaan lahan sebagai tempat pemukiman baru semakin meningkat
pula, demikian juga dengan tuntutan ketersediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya,
banyak lahan-lahan produktif dan ruang terbuka hijau mengalami peralihan
fungsi. Hal ini tentu saja menimbulkan dampak social yang besar, terutama bagi
keseimbangan ekosistem di dalam perkotaan itu sendiri. Suhu panah yang meningkat
pada musim kemarau dan banjir yang terjadi pada saat musim hujan, bahkan
beberapa jam saja saat terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi, sudah
mengakibatkan jalan-jalan di perkotaan mengalami genangan air yang cukup
tinggi. Saat musim kemarau melanda, tingkat suhu yang tinggi, panas dan
menyegat serta debu yang beterbangan menjadikan jalan-jalan di perkotaan bagaikan
kabut debu yang menimbulkan berbagai penyakit.
Perlu adanya solusi
atas permasalahan tersebut. Berikut penulis akan coba uraikan tentang
karakteristik perumahan di perkotaan, serta konsep pemanfaatan halaman rumah di
perkotaan, sebagai salah satu solusi atas dampak ketidak seimbangan ekosistem,
dampak global warming yang telah sudah sangat memprihatinkan ini :
1. Karakteristik Perumahan Perkotaan
Masyarakat urban biasanya dicirikan
dengan banyaknya tenaga kerja dengan keterbatasan skill (keterampilan) sehingga mereka menduduki strata ekonomi
menengah ke bawah. Oleh karena itu, tingginya tingkat permintaan perumahan
untuk kelas menengah ke bawah tidak dapat dipungkiri lagi. Pesatnya pembangunan
perumahan di perkotaan dengan harga yang terjangkau oleh sebahagian besar
masyarakat tersebut, menyebabkan sebahagian besar perumahan di perkotaan
mempunyai beberapa karakteristik, sebagai berikut :
a.
Lahan
Sempit
Pesatnya
pembangunan perumahan menyebabkan harga property meningkat dengan pesat juga.
Didukung dengan adanya keterbatasan lahan membuat banyak perumahan mempunyai
luasan lahan yang terbatas, cenderung sempit. Biasanya luas pekarangan
perumahan di perkotaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
ü Perumahan
Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2;
ü Perumahan
Tipe 36, dengan luas lahan sekitar 72 m2;
ü Perumahan
Tipe 45, dengan luas lahan sekitar 90 m2;
ü Perumahan
Tipe 54 atau 60, dengan luas lahan sekitar 120 m2.
b.
Kurangnya
Daerah Resapan
Kondisi
pekarangan yang relative sempit, biasanya dimanfaatkan semuanya untuk area
rumah, tanpa ada sedikit menyisakan ruang terbuka sebagai daerah resapan air.
Bahkan, kalaupun ada areal pekarangan yang tidak dimanfaatkan untuk area rumah,
biasanya masyarakat cenderung lebih mengutamakan untuk menutup areal tersebut
dengan semen dan semen aspal, sehingga hal tersebut akan berakibat kurangnya
resapan air dan dapat mengakibatkan banjir, apabila intensitas hujan cukup
tinggi. Kondisi tersebut juga mengakibatkan perumahan menjadi gersang dan
panas.
c.
Saluran
Air Tidak Tertata Dengan Baik
Biasanya
setiap perumahan dibangun parit-parit kecil sebagai aliran limbah rumah tangga.
Namun biasanya parit-parit ini kurang tertata, dan tidak jelas alirannya di
luar komplek perumahan, sering tidak mampu menampung air hujan, sehingga pada
saat musim penghujan justru mengakibatkan luapan air dan menggenangi
jalan-jalan beserta rumah-rumah yang posisinya lebih rendah atau setara dengan
jalan raya.
d.
Kepadatan
Penduduk yang Tinggi
Tingginya
laju pertumbuhan penduduk, juga dapat tercermin dari padatnya tingkat hunian
penduduk pada setiap rumah. Padatnya penghuni menyebabkan keharusan penambahan
ruang, sehingga cenderung memanfaatkan lahan pekarangan yang tersisa untuk
membangun tambahan ruang yang dapat dimanfaatkan oleh penghuninya sebagai
tempat tinggal.
e.
Polusi
Udara
Kurangnya
ruang terbuka hijau dan tingginya kepemilikan kendaraan roda dua, roda empat,
betor, truk dan angkot mengakibatkan tingginya polusi udara di perkotaan tidak
terhindarkan lagi. Debu dan pencemaran udara melalui gas-gas yang dihasilkan
akibat kendaraan semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan hal ini dapat
mengganggu kesehatan manusia dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang.
Alternative
Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Karakteristik
perumahan di perkotaan cenderung membuat penghuninya kurang merasa nyaman.
Padahal fungsi rumah adalah sebagai tempat beristirahat setelah lelah satu
harian beraktifitas di luar rumah, mencari nafkah, melakukan kegiatan satu
harian di rumah. Recharge (mengisi kembali) energy yang telah terkuras atau
dikeluarkan selama satu harian beraktivitas merupakan fungsi rumah. Lebih
lanjut, fungsi rumah adalah tempat bertemunya kembali orang tua dengan anak,
istri dengan suami dan penghuni rumah lainnya, sehingga rumah itu seharusnya
ditata lebih baik, lebih nyaman dan lebih sehat. Oleh karena itu diperlukan
solusi agar kondisi ideal perumahan dapat tercapai dengan baik. Beberapa
alternative pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat dilakukan adalah :
1. Penggunaan Paving Block dan Pembuatan Lubang Biopori
Penggunaan paving block membuat lahan masih mampu menyerap air dengan baik,
sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi masih mampu
ditampung dan diserap dengan baik. Demikian juga halnya dengan adanya lubang
biopori yang merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam
mengatasi banjir dengan cara : meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah
organic menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumaah kaca, memanfaatkan peran
aktivitas fauna tanah dan akar tanaman.
2. Budidaya Tanaman
Budidaya tanaman pada lahan
pekarangan, selaras dan mengacu pada program gerakan percepatan optimalisasi
pekarangan melalui Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dicanangkan
oleh Pemerintah sejak tahun 2012. Sesuai dengan kondisi lahan yang semakin
sempit, maka konsep budidayanya adalah dengan cara intensifikasi lahan yang ada
agar dapat dimanfaatkan lebih secara optimal. Alternative budidaya tanaman pada
lahan pekarangan dapat berupa :
a.
Penanaman
1 Pohon Serbaguna per Rumah
Pohon
serbaguna dimaksud adalah pohon yang mempunyai manfaat lain selain kayunya itu
sendiri, misalnya bunga, buah, dll. Contoh jenis pohon serbaguna, adalah pohon
buah-buahan, seperti mangga, jambu, lengkeng, dll. Selain keberadaan pohon ini
yang mampu menyerap polutan (gas CO2, debu), juga dapat memberikan
suasana yang sejuk, menambah kerindangan, sebagai penghasil O2,
akarnya juga dapat menahan tanah pekarangan rumah dari erosi, serta buahnya
juga dapat dikonsumsi sebagai penambah gizi bagi keluarga. Selain ditanam
langsung di pekarangan rumah, dapat juga penanaman pohon tersebut dilakukan
dengan menggunakan pot-pot yang besar.
b.
Penanaman Tanaman Hias
Tanaman
hias akan menambah nilai estetika (seni) lahan pekarangan dan rumah. Pemilihan
kombinasi tanaman hias dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, habitus,
juga aroma tanamannya. Dengan demikian akan terwujud taman yang mampu berfungsi
sebagai tempat bercengkerama dan rekreasi bagi seluruh anggota keluarga,
sehingga keakraban antara anggota keluarga dapat terjalin dengan baik, namun
tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Keluarga dapat berkumpul dengan
santai di depan rumah atau dipekarangan rumah yang telah dijadikan taman dan
tetap menjalin keakraban di taman rumah.
c.
Penanaman
Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup)
Penanaman
sayur-sayuran pada lahan yang terbatas, memungkinkan untuk dilakukan, seiring
dengan berkembangnya teknik dan teknologi bercocok tanam. Penanaman dapat
dilakukan dengan metode vertikultur. Adanya penanaman berbagai sayuran akan
dapat menambah asupan gizi bagi anggota keluarga, dan tidak tertutup
kemungkinan dapat menambah penghasilan keluarga. Minimal ada cost atau pengeluaran belanja untuk
sayur-mayur bisa ditabung atau dialihkan untuk membeli perlengkapan rumah
tangga yang lain dengan adanya metode Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung
Hidup) ini.
d.
Penanaman
Tanaman Obat Keluarga (Apotik Hidup)
Saat
ini, kecenderungan untuk mengkonsumsi obat herbal semakin meningkat. Oleh
karena itu, penanaman tanaman obat sangat dianjurkan untuk dilakukan. Dengan
demikian, apabila ada keluhan penyakit ringan, masih dapat ditanggulangi dengan
baik, sehingga menghemat biaya berobat yang saat ini sangat tidak murah.
Penggunaan lahan pekarangan untuk Apotik Hidup sangatlah dianjurkan saat ini,
sehingga kita mampu memperkenalkan kepada anggota keluarga akan jenis tanaman
dan fungsinya bagi kesehatan kita, sehingga pengetahuan akan penggunaan obat
herbal dapat terjaga dan terpelihara hingga anak cucu kita nantinya.
Penanaman
tanaman hias, sayur-sayuran maupun tanaman obat dapat menggunakan wadah yang
berasal dari limbah rumah tangga, misalnya: botol-botol bekas, bekas kemasan
makanan, dll. Wadah-wadah tersebut dapat dihias, sehingga dapat menambah nilai
estetika (seni). Alangkah baiknya juga apabila pengelolaan tanamannya dilakukan
secara organic, artinya tidak menggunakan unsur-unsur kimia terutama untuk
proses pemupukan tanaman. Pupuk dapat diperoleh dari kompos yang berasal dari
lubang-lubang biopori yang telah dibuat tadi, berasal dari proses pembuatan
kompos, dimana ranting-ranting, daun-daun diolah dan dijadikan kompos. Dengan
demikian konsep pemanfaatan lahan pekaragan rumah secara terpadu dapat dipenuhi
dengan baik.
Keuntungan
Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pemanfaatan
lahan pekarangan secara terpadu mempunyai berbagai macam keuntungan bagi
pemilik rumah, diantarannya :
1.
Terciptanya lingkungan yang asri, indah
dan sehat
2.
Menambah ruang terbuka hijau
3.
Terciptanya keakraban antar anggota
keluarga, karena setelah beraktivitas seharian di luar rumah, mereka dapat
kembali bercengkerama dan berkumpul di rumah yang asri, indah dan sehat. Fungsi
rumah sebagai tempat istirahat dan recharge
energy yang terkuras dapat terpenuhi dengan baik dan dengan biaya yang murah.
4.
Mengurangi pengeluaran untuk konsumsi
rumah tangga, karena sayur-sayuran telah dapat terpenuhi dari lahan pekarangan
rumah. Sayur-sayuran yang dihasilkan lebih segar dan tentu saja lebih sehat
karena dikelola secara organic.
5.
Menambah penghasilan keluarga, minimal
ada pengeluaran yang dapat dijadikan tabungan keluarga. Pemanfaatan lahan
pekarangan rumah dapat menambah penghasilan atau meminimalisir pengeluaran
keluarga dengan penanaman sayur-sayuran dipekarangan rumah.
6.
Kesehatan lebih terjaga.
Kesimpulan:
Lahan
pekarangan yang sempit di perkotaan bukanlah merupakan alasan untuk tidak
memanfaatkanya dengan optimal. Penanaman, baik pohon yang menghasilkan
buah-buahan, tanaman hias, sayur-sayuran maupun tanaman obat dapat dilakukan
dengan intensifikasi lahan dan teknik maupun teknologi bercocok tanam yang
modern, seperti vertikultur. Banyak keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan
lahan pekarangan secara optimal.
Siswa/I sejak dini diikutsertakan
dalam proses dan upaya menjaga lingkungan hip dengan cara menanam pohon
bersama, sehingga tercipta suasana lingkungan kota yang masih asri dan
hijau serta indah.
|
|
|
|
|
Sumber : Tulisan bersumber dari : www.aguslab.blogspot.com
Sumber gambar : Dokumentasi
Pribadi, lokasi : SMA Negeri 13 Medan.