Jum'at Bersih, Membersihkan Lingkungan dari Sampah |
Saat proses belajar mengajar Agama meningkatkan Akhlak |
Poster Lomba Menulis Artikel Akhlak |
Bersihkan Hati Sebelum
Belajar
Karakter
yang Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa akan terbentuk dari
kebiasaan hidup sehari-hari, agar terbina karakter yang lebih baik dalam diri
peserta didik perlu membiasakan/menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini,
sehingga terwujud Sumber Daya Manusia yang handal dan tetap memiliki Akhlak
mulia ditengah-tengah Keluarga, Sekolah, Masyarakat hingga di Tanah Air kita
ini. Kita harus jujur, sungguh sulit sekarang ini mencari orang yang jujur,
orang yang mau mengakui kesalahannya dan rela menerima hukuman akibat dari
perbuatannya. Korupsi yang merajalela, Nepotisme dan Kolusi telah menggerogoti
dan menghancurkan bangsa Indonesia dari berbagai segi kehidupan, orang-orang
tersangka dalam satu kasus, tidak berani bersaksi jujur dan mengatakan yang
sebenar-benarnya untuk keperluan penyelesaian satu kasus yang mengakibatkan
pembelajaran yang sangat negative bagi anak-anak hingga pelajar tingkat SD, SMP,
SMA/SMK, Mahasiswa hingga tingkat dewasa.
Pendidikankarakter (character building) adalah system
pendidikan yang diagung-agungkan saat ini, sebenarnya pendidikan karakter yang
bagaimana yang di inginkan oleh kit semua? Sebagai output dari Kurikulum 2013? Adalah
Pendidikan karakter yang memiliki Akhlak mulia, pendidikan karakter yang sesuai
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang menyatakan Tujuan
dari setiap warga Negara Indonesia adalah : “Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan Kesejahteraan Umum,
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dan Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia yang
Berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian Abadi dan Keadilan Sosial”. Begitu juga
dalam Pancasila, sebagai dasar Negara kita, didalam Pancasila terdapat 5 sila yang
merupakan wujud dari karakter pribadi bangsa Indonesia yang memiliki Akhlak
mulia, yaitu : “Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta Mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Rakyat
Indonesia”, sebagaimana selalu kita ucapkan saat Upacara Pengibaran
Bendera setiap hari Senin maupun hari-hari besar kenegaraan yang tentunya telah
mendarah daging di dalam diri kita.
Untuk
mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia, yang menghormati orang tua, yang
menghargai sesama manusia, yang patuh dan taat terhadap nasehat guru dan orang
tua, diperlukan system pendidikan yang baik, diperlukan aturan ataupun
peraturan yang jelas dan sesuai untuk diterapkan di keluarga maupun di sekolah.
Pendidikan yang membangun akhlak yang mulia yang sesuai dengan Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1954 akan mampu diterapkan jika ada kolaborasi
yang baik, Visi dan Misi yang sama dari Orang Tua, Pendidik, Pembuat Keputusan
Pendidikan dan semua stakeholder yang
berkecimpung dalam dunai pendidikan itu sendiri. Pengalaman saya sebagai tenaga
pengajar akan saya tuangkan dalam membantu dalam mewujudkan peserta didik yang berakhlak
mulia.
Ibadah pagi adalah
salah satu cara untuk melatih peserta didik maupun pendidik serta seluruh warga
sekolah untuk meningkatkan kualitas akhlak mulia kita. Karena dengan Ibadah
kita akan melaksanakan Komunikasi dengan Tuhan, dimana kita tidak
boleh ribut, melaksanakan aktivitas lain kecuali membaca Al Qur’an bagi Umat
Muslim dan membaca Alkitab untuk Umat Nasrani. Disekolah kami, kegiatan
ini dilaksanakan mulai hari Selasa sampai dengan hari Sabtu. Setelah Apel pagi
yang mulai berlangsung pukul 07:00 Wib sampai dengan pukul 07:15 Wib, para
peserta didik dibiasakan untuk berbaris didepan kelasnya masing-masing sembari
menunggu Guru mata pelajaran les pertama datang, setelah Guru berdiri didepan
pintu kelas, maka peserta didik dipersilahkan dengan cara peserta didik datang
sembari menyalami guru yang mengajar pada les pertama. Guru memperhatikan
pakaian peserta didik, mulai dari kepala hingga sepatu, jika ada yang tidak
sesuai aturan, misalnya: rambut panjang, sepatu tidak warna hitam, baju tidak
dimasukkan kedalam celana, celana kuncup, dan sebagainya, Guru berhak dan wajib
menegur peserta didik tersebut. Setelah peserta didik masuk, mengambil Al Qur’an
dan membacanya secara bersama-sama (berjamaah), sementara peserta didik yang
beragama Nasrani, berkumpul di satu ruangan dan juga melaksanakan ibadah sesuai
dengan Agama dan Kepercayaan Mereka. Setelah 15 menit, bel akan berbunyi yang
menandakan bahwa Ibadah Pagi telah selesai dilaksanakan.
Jum’at Bersih, Inspirasi Dalam Mewujudkan Budaya
Bersih
Pribadi yang berakhlak mulia dan berhati
bersih, tersurat dari sikap dan cara kita terhadap sesama dan terhadap
lingkungan. Lingkungan yang bersih dan hijau akan mencerminkan diri kita yang
bersih juga. Visi : “Terwujudnya warga sekolah yang berkarakter, beriman, bertaqwa, cerdas
dan
terampil, serta unggul
dalam prestasi” serta Misi Sekolah : “Membentuk siswa-siswi
yang bermoral, mempunyai
budi
pekerti yang santun
dan disiplin, Menggali dan mengembangkan
potensi
yang dimiliki siswa, Menumbuh kembangkan sikap-sikap positif dalam rangka pembentukan karakter
bangsa,
Menciptakan suasana belajar
dan
mengajar yang aktif, kreatif, inovatif, dan menynangkan, Membentuk siswa-siswi yang mempunyai
life skill,
Menciptakan suasana lingkungan yang hijau, sejuk dan
nyaman serta sehat,
serta Mengembangkan kurikulum berbasis lingkungan hidup”. Tujuannya agar
peserta didik mampu dan mau sedini mungkin belajar bagaimana mencintai alam
khususnya lingkungan sekitar dan juga mencintai sesama. Budaya membuang sampah
pada tempatnya, tidak membuang sampah sembarangan akan menempatkan peserta
didik memiliki nilai akhlak yang tinggi, yaitu: Tidak menyusahkan orang lain, yang harus mengutip dan membuangnya ke
tong sampah yang kamu buang sembarangan, turut mencintai lingkungan dengan
tidak membuang sampah dan juga nilai-nilai akhlak yang lain. Di sekolah
kami, budaya Jum’at bersih ini telah mendarah daging, disinilah kita
bergotong-royong untuk membersihkan lingkungan sekolah, untuk memupuk budaya
bersih dan budaya bekerja bersama-sama dan sama-sama bekerja untuk menciptakan Lingkungan
Bersih dan Hijau.
Sebenarnya, setiap hari juga
diterapkan budaya bersih, tidak hanya setiap hari Jum’at saja, tetapi setiap
hari juga diberikan pembelajaran memiliki Akhlak mulia, dimana peserta didik
yang terlambat 15 menit dari waktu bel, diberikan kegiatan mengutip sampah di
lingkungan sekitar sekolah, daun-daun berguguran di Hutan Sekolah, Apotik Hidup
dan taman-taman sekolah menjadi tugas dan tanggung jawab peserta didik yang
terlambat. Pendidikan Akhlak yang lain yang kami terapkan adalah Budaya 3 (tiga) S, yaitu:
Budaya Senyum, Sapa dan Salam, dimana peserta didik diupayakan saat
berpapasan dengan Guru maupun tamu yang ada di sekolah agar melaksanakan Budaya
3 (tiga) S tadi, yaitu senyum, sapa dan menyalami guru. Diharapkan, budaya ini
juga diterapkan di rumah dan dilingkungan sekolah.
Sangat kita harapkan peserta
didik memiliki Akhlak yang mulia, budi pekerti, sopan, santun, ber-Iman dan ber-Taqwa,
jujur, bertanggung jawab dan memiliki kemandirian hidup, sehingga teori
pembelajaran anak yang pernah dibuat oleh Dorothy Law Noite dapat
kita terapkan dengan baik, yaitu :
- Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
- Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
- Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
- Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
- Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
- Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian.
- Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
- Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
- Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
- Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
- Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
- Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
- Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
- Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar dermawan.
- Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
- Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
- Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
- Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
Penutup
Sekolah dan Keluarga
merupakan kunci dalam keberhasilan mendidik anak yang memiliki Akhlak Mulia dan
memiliki sikap kemandirian hidup. Rumah dan keluarga, orang tua harus mampu
menjadi kunci dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan yang membangun karakter
anak yang memiliki akhlak, kepribadian dan bersikap jujur. Sekolah sebagai
wadah pembinaan yang formal harus mampu menegakkan peraturan-peraturan yang mampu
membangun karakter anak yang memiliki Akhlak mulia. Guru tidak hanya pemberi
pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saja, namun harus mampu memberikan
pembelajaran tentang Etika, Akhlak dan Budi Pekerti. Salam Pendidikan, Medan 22
Januari 2014
linkback : www.sekolah-akhlak.com
http://guru-berakhlak.blogspot.com
linkback : www.sekolah-akhlak.com
http://guru-berakhlak.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar